Kawan-kawan tau gak makanan khas kota bontang apa ???
aku juga sempat bingung waktu di tanya ma kawanku seperti itu sebenarnya bukan bingung tapi benar-benar gak tau hahahha :D pisss kirain bontang gak punya makanan khas ternyata ada makanan khasnya Terasi ma Rumput Laut percaya gak... percaya aja masalahnya kalau gak percaya tanya aja ma pak walikota hahahha :D Ternyata ada juga yang sebagian yang bilang SOKKO adalah salah satu makanan khas bontang hemmmm :/ bingung perasaan sokko tuh makanan orang bugis deh... udah kita lupain dah yang jelas aku suka makan Empek-empek di BK (bontang kuala) hahahha nyambung gak yaaa :D oya gak lupa juga ikan asin baronang yang di jual di bontang kuala wahhh uenakk tenan tuh ibu-ibu biasanya ngefans banget ma yang begini2 hahaha harganya juga terbilang murah kok dan ikannya bersih-bersih alah kaya pernah beli aja hihihihi pissss kayaknya aku cocok juga nih jadi sales ikan asin hahhah...yang jelas panas2 begini rasanya pingin es buah yang di campur ma rumput laut wahh mantap kawan...
Showing posts with label bontang. Show all posts
Showing posts with label bontang. Show all posts
Sunday, 8 May 2011
Saturday, 7 May 2011
Asal Mula Kota Bontang
kawan-kawan tau gak asal mula kota bontang kalau gak silahkan di baca postingan aku yeee... tinggal di bontang atau malah mungkin kawan lahir di bontang tapi kok malah gak tau ceritanya sungguh memalukan termasuk aku yang baru tau tadi heheeh... pissss :D mari kita cintai kota kita sendiri kalau bukan kita siapa lagi iya gakkk... okelah lanjut...
Dahulu, sebelum Bontang menjadi sebuah kota, mulanya merupakan sebuah perkampungan yang teletak di daerah aliran sungai. Untuk tata pemerintahan sendiri masih sangat sederhana, dengan dipimpin oleh seorang Petinggi yg berada di bawah kekuasaan Sultan Kutai di Tenggarong. Hingga pada tahun 1952, Bontang ditetapkan menjadi sebuah kampung yang dikepalai oleh seorang Tetua Adat. Untuk hal kepemimpinan pun, terbagi menjadi dua yaitu yang menyangkut pemerintahan ditangani oleh Kepala Kampung dan yang menyangkut adat-istiadat diatur oleh Tetua Adat. Lambat laun, status Bontang meningkat menjadi kecamatan yang dipimpin oleh seorang asisten wedana dalam Pemerintahan Sultan Aji Muhammad Parikesit, Sultan Kutai Kartanegara XIX (1921-1960).
Asal-usul nama Bontang
Sejarah berdirinya Kota Bontang sangat menarik untuk dikaji, konon ceritanya sahabat Sultan yang bernama Aji Pao ditemani oleh beberapa orang kepercayaannya untuk mencari tempat pemukimanbaru yang memiliki masa depan yang lebih baik.
Pada suatu hari rombongan kecil itu tiba disuatu tempat daerah aliran sungai yang konon dijaga oleh makhluk halus yang bernama “SANG” yang berjumlah tiga “SANG”, yaitu Sang Attak penjaga sungai Api-Api, Sang Kina yang menjaga aliran anak sungai Sangatta (sungai Sangkima) Sang Antan yang juga menjaga anak sungai Api-Api. Kepada ketiga Sang tersebut Aji Pao meminta agar dapat dijadikan daerah pemukiman, sekaligus sebagai lahan pertanian, perburuan dan tempat meramu hasil hutan. Ketiga Sang meluluskan permintaan Aji Pao dan berjanji turut serta menjaga keamanan, keselamatan seluruh pengikut Aji Pao. Ternyata pilihan Aji Pao dan pengikutnya tidak salah, daerah aliran sungai itu memang subur tanahnya, binatang buruan sangat mudah untuk didapat, dan ikannya yang banyak dengan ragam jenis sangat mudah untuk diperoleh, dengan demikian daerah pemukiman baru tersebut memang sangat menjanjikan. Pada zaman itu Sultan Kutai diperintah oleh Aji Muhammad Salehudin (1782-1850) Sultan Kutai yang ke-16.
Sejalan dengan perkembangan zaman dan mengingat daerah aliran sungai tersebut sangat menjanjikan, maka datanglah berbagai suku bangsa di daerah pesisir ini, membngun dan menjalin hubungan kekeluargaan, kebersamaan, dan kegotongroyongan maka lahirlah masyarakat baru yang memiliki tatanan kehidupan berkeadilan.Suku bangsa yang di daerah baru ini terdiri dari berbagai etnis suku bangsa, yaitu Bajao, Bugis, Arab, China, Melayu, dan Suku Kutai sebagai tuan rumah, kesemuanya hidup bersatu, rukun, tenteram, damai, saling bahu membahu dan bergotong royong membangun/mengembangkan pemukiman tersebut. Maka terbetik dalam hati Aji Pao untuk memberi nama daerah ini dengan sebutan Bontang yang merupakan akronim Bahasa Belanda “bond” yang berarti kumpulan atau Bahasa Inggris yang artinya ikatan persaudaraan, serta “tang” dari kata pendatang. Cikal bakal kampung Bontang sendiri tidak lepas dari peran pendatang yang berasal dari suku Bugis, Jawa, Dayak dll.
Dahulu, sebelum Bontang menjadi sebuah kota, mulanya merupakan sebuah perkampungan yang teletak di daerah aliran sungai. Untuk tata pemerintahan sendiri masih sangat sederhana, dengan dipimpin oleh seorang Petinggi yg berada di bawah kekuasaan Sultan Kutai di Tenggarong. Hingga pada tahun 1952, Bontang ditetapkan menjadi sebuah kampung yang dikepalai oleh seorang Tetua Adat. Untuk hal kepemimpinan pun, terbagi menjadi dua yaitu yang menyangkut pemerintahan ditangani oleh Kepala Kampung dan yang menyangkut adat-istiadat diatur oleh Tetua Adat. Lambat laun, status Bontang meningkat menjadi kecamatan yang dipimpin oleh seorang asisten wedana dalam Pemerintahan Sultan Aji Muhammad Parikesit, Sultan Kutai Kartanegara XIX (1921-1960).
Asal-usul nama Bontang
Sejarah berdirinya Kota Bontang sangat menarik untuk dikaji, konon ceritanya sahabat Sultan yang bernama Aji Pao ditemani oleh beberapa orang kepercayaannya untuk mencari tempat pemukimanbaru yang memiliki masa depan yang lebih baik.
Pada suatu hari rombongan kecil itu tiba disuatu tempat daerah aliran sungai yang konon dijaga oleh makhluk halus yang bernama “SANG” yang berjumlah tiga “SANG”, yaitu Sang Attak penjaga sungai Api-Api, Sang Kina yang menjaga aliran anak sungai Sangatta (sungai Sangkima) Sang Antan yang juga menjaga anak sungai Api-Api. Kepada ketiga Sang tersebut Aji Pao meminta agar dapat dijadikan daerah pemukiman, sekaligus sebagai lahan pertanian, perburuan dan tempat meramu hasil hutan. Ketiga Sang meluluskan permintaan Aji Pao dan berjanji turut serta menjaga keamanan, keselamatan seluruh pengikut Aji Pao. Ternyata pilihan Aji Pao dan pengikutnya tidak salah, daerah aliran sungai itu memang subur tanahnya, binatang buruan sangat mudah untuk didapat, dan ikannya yang banyak dengan ragam jenis sangat mudah untuk diperoleh, dengan demikian daerah pemukiman baru tersebut memang sangat menjanjikan. Pada zaman itu Sultan Kutai diperintah oleh Aji Muhammad Salehudin (1782-1850) Sultan Kutai yang ke-16.
Sejalan dengan perkembangan zaman dan mengingat daerah aliran sungai tersebut sangat menjanjikan, maka datanglah berbagai suku bangsa di daerah pesisir ini, membngun dan menjalin hubungan kekeluargaan, kebersamaan, dan kegotongroyongan maka lahirlah masyarakat baru yang memiliki tatanan kehidupan berkeadilan.Suku bangsa yang di daerah baru ini terdiri dari berbagai etnis suku bangsa, yaitu Bajao, Bugis, Arab, China, Melayu, dan Suku Kutai sebagai tuan rumah, kesemuanya hidup bersatu, rukun, tenteram, damai, saling bahu membahu dan bergotong royong membangun/mengembangkan pemukiman tersebut. Maka terbetik dalam hati Aji Pao untuk memberi nama daerah ini dengan sebutan Bontang yang merupakan akronim Bahasa Belanda “bond” yang berarti kumpulan atau Bahasa Inggris yang artinya ikatan persaudaraan, serta “tang” dari kata pendatang. Cikal bakal kampung Bontang sendiri tidak lepas dari peran pendatang yang berasal dari suku Bugis, Jawa, Dayak dll.
Subscribe to:
Posts (Atom)