Saturday 18 December 2010

Tugas Borlan C++

huh belum selesai tugas satu muncul tugas lagi blogger-emoticon.blogspot.com
sabar.sabar.sabar orang sabar disayang ma tuhanblogger-emoticon.blogspot.com
hehehe,,,blogger-emoticon.blogspot.com
buat kawand2 yang lagi pusink buat tugasblogger-emoticon.blogspot.com
bisa langsung di download di bagian bawahblogger-emoticon.blogspot.com
ini udah saya coba n berhasil blogger-emoticon.blogspot.com

silahkan kawand download di bawah ini...

blogger-emoticon.blogspot.com

tapi kawand2 tolong di perhatikan dan di mengerti
yaa coz ku gak tanggung jawab ntar
low kalian ditanya2 ma pak dosen gak ingat ma ancamannya kahblogger-emoticon.blogspot.com ?????

blogger-emoticon.blogspot.comblogger-emoticon.blogspot.comblogger-emoticon.blogspot.comhahahahhah...
tapi kuharap ada yang masih gak ngerti biar ada yang
nemani aku sama2 gak ngerti upppssss... blogger-emoticon.blogspot.comblogger-emoticon.blogspot.com
dah lah silahkan di coba,,, yaaaa....
jangan lupa comentnya di bawah yaa kawand...blogger-emoticon.blogspot.com

Thursday 16 December 2010

sakit lagi sakit lagi blogger-emoticon.blogspot.comkalau gini ceritanya jadi gak bersemangat mau ngapa2in kecuali buat ngeposting di blog masi bisa meskipun sedikit repot harus di selingi dengan ngelap nih ingus hihihh blogger-emoticon.blogspot.comblogger-emoticon.blogspot.comjorokkk,,
belum lagi batuk2 blogger-emoticon.blogspot.com
AaaaaaRRrrrgggggHHhhhh...
ampe seperti susah nafas mau ngeluarinnyablogger-emoticon.blogspot.comblogger-emoticon.blogspot.comhuuuhhhhhh....


maaf ya kawand lagi rada erorrrrr jadi ngepostingnya ngelantur gini...blogger-emoticon.blogspot.comblogger-emoticon.blogspot.com
ya udah mau browsing cari blog-blog kawan lain yang memberikan ilmu gratisssss....
lumayan buat copy ke blog ini heheheheblogger-emoticon.blogspot.comblogger-emoticon.blogspot.com pasti kawan2 pada cemburut ni ah,, yang punya blog ini gak da kreatifnya tapi gak pa2 namanya juga lagi belajar....blogger-emoticon.blogspot.comblogger-emoticon.blogspot.com

Kisah Seorang Anak Jalanan



Siang itu pemandangan di pertigaan Gellael tidak berbeda dengan hari-hari biasa. Pemandangan ketika lampu lalu lintas menyala merah. Pemandangan ketika anak-anak jalanan berhamburan menghampiri orang-orang yang terpaksa berhenti. Pemandangan ketika anak-anak menjulurkan tangan -- sebagian sambil mengelus-elus perut, sebuah ungkapan yang menggantikan kalimat "aku lapar". Pemandangan ketika seorang ibu ikut menjulurkan tangan kanannya, sementara tangan kiri menahan kain yang menutupi tubuh bayinya -- sebuah ungkapan kasih naluriah seorang ibu yang sedang melindungi bayinya dari panas terik matahari.

Beberapa orang tidak mempedulikan anak-anak ini, tetapi ada juga pengendara motor yang merogoh kantong atau pengendara mobil yang merogoh tempat uang receh di pintu mobilnya. Uang yang memang sudah dipersiapkan untuk keperluan seperti ini, ataupun keperluan lain juga.

Begitu lampu hijau menyala, anak-anak ini menyingkir; ibu dengan bayinya juga ikut menyingkir. Sebagian naik ke jalur hijau, sebagian lagi kembali ke pinggir jalan, menunggu lampu merah menyala kembali. Para pengendara yang sudah memberi uang receh maupun yang tidak punya kepedulian juga melanjutkan perjalanannya.

Inilah pemandangan sehari-hari di persimpangan Gellael.

***
Uyan, seorang anak berumur delapan tahun juga ikut menghambur kejalan begitu lampu menyala merah. Anak ini juga ikut mencari makan. Ayahnya, seorang bapak jalanan; ibunya, seorang ibu jalanan terpaksa membiarkan anaknya hidup dengan cara seperti ini.

Ibunya pernah bercerita, sejak bayi anaknya ini sudah ikut mencari makan, dengan cara menangis dalam gendongan. Sekarang mereka sudah berpisah. Masih-masing mencari makan di tempat terpisah. Ayah mengemis di pasar, ibu mencari uang di perempatan sekitar beberapa kilometer dari persimpangan Gellael.

Dulu, keluarga ini selalu berkumpul begitu malam tiba, tetapi akhir-akhir ini Uyan sudah malas pulang ke pondok orang tuanya. Ia lebih suka berkumpul dengan teman-temannya di emperen stasion. Lebih ramai, dan kadang-kadang bisa ikut menonton televisi, melihat orang-orang kaya dengan rumah bagusnya.

Kadang ia main ke tempat orang tuanya, mereka juga kadang-kadang menengoknya di stasion. Melihat apakah anak mereka satu-satunya ini bisa makan di dunia yang katanya begitu kejam ini.

Uyan tidak pernah ingat mulai kapan mencari makan sendiri, yang pasti bukan orang tuanya yang menyuruh. Ia melihat teman-temannya meminta uang di dekat lampu merah, ia menganggapnya sebagai sebuah bentuk permainan. Lama kelamaan melakukannya karena merasa itu harus dilakukan kalau tidak ingin kelaparan. Sama sekali tidak seorangpun menyuruh atau memaksanya.

***
Tidak ada yang istimewa siang itu, suasananya di persimpangan Gellael biasa-bisa saja. Tetapi entah datang darimana, tiba-tiba beberapa orang berlarian ke arah anak-anak yang sedang mencari makan, lalu melakukan penangkapan, Uyan dan kawan-kawannya tidak sempat melarikan diri. Ibu dengan anak dalam gendongannya juga tidak sempat melarikan diri. Semua dimasukkan ke dalam sebuah truk tertutup.

Truk ini melaju ke tempat yang tidak diketahui oleh Uyan. Seandainyapun bisa melihat keluar, ia tetap tidak akan bisa tahu ke arah mana truk membawanya. Anak ini sangat ketakutan, apalagi ketika teringat cerita menakutkan tentang orang-orang yang menangkap anak jalanan. Katanya kalau sudah tertangkap, tidak ada yang bisa kembali, tidak tahu entah dibawa ke mana. Seseorang pernah berkata, anak jalanan yang tertangkap akan dibuang ketempat yang sangat jauh.

Perjalanan truk ini pasti sangat jauh, ia bisa merasakannya. Akhirnya truk ini terasa melambat setelah memasuki sebuah belokan, bahkan akhirnya berhenti. Mereka telah sampai ke suatu tempat, tempat yang tidak dikenalnya. Begitu bagian belakang truk terbuka, seseorang dengan lembut menyuruh mereka semua keluar.

Begitu turun, setiap anak mendapat minuman. Lalu anak laki-laki dipisahkan dari anak perempuan. Yang perempuan disuruh mengikuti dua orang wanita ke sebuah bangunan, sedangkan Uyan dan kawan-kawannya disuruh mengikuti tiga orang pria ke sebuah bangunan juga, ternyata tempat untuk mandi. Setiap anak menerima sepasang pakaian baru yang bersih begitu selesai mandi.

"Semua berkumpul ke bangunan itu," kata seorang bapak sambil menunjuk bangunan besar di dekat tempat mereka mandi. Bangunan ini isinya meja-meja panjang penuh dengan piring dan makanan. Anak ini makin heran dan entah mengapa malah makin ketakutan.

Sesudah makan mereka disuruh keluar lagi, anak laki-laki dan wanita kembali dipisahkan, kali ini anak laki-laki digiring ke sebuah bangunan. Anak perempuan juga digiring menuju bangunan di depannya. Kedua bangunan dipisahkan oleh sebuah tanah lapang. Setiap empat anak disuruh memasuki sebuah kamar. Uyan dan tiga anak lain disuruh masuk ke sebuah kamar dengan tempat tidur susun, kamar yang tampak bersih.

"Kalian tidur disini," kata bapak yang menyuruh mereka masuk. Lalu berkata kepada Uyan, "kamu tidur di atas sini," mungkin karena Uyanlah yang paling kecil di antara ketiga temannya.

Hari belum begitu malam, tetapi Uyan dan teman-temannya tidak punya pilihan, mereka harus tidur. Uyan tidak mengantuk, tetapi entah mengapa langsung tertidur begitu kepalanya menyentuh bantal yang empuk. Untuk pertama kalinya ia tidur di atas tempat tidur empuk dan bersih.

Ia terbangun begitu mendengar bunyi keras didalam kamar, seperti sirine mobil polisi. Lalu terdengar suara dari kotak hitam di salah satu ujung langit-langit kamar. Suara yang menyuruh mereka keluar dan berkumpul di lapangan yang memisahkan tempat anak laki-laki dengan anak perempuan.

Setelah mandi dan makan, sarapan yang membuat perut Uyan sakit, karena tidak terbiasa sarapan pagi, beberapa pria mengantar mereka ke sebuah bangunan lain lagi. Bangunan dengan sebuah ruangan yang sangat besar. Sudah banyak anak berkumpul di dalamnya, anak-anak yang tidak dikenal oleh Uyan. Menurutnya jumlahnya sekitar jumlah anak di limapuluh perempatan yang ada lampu merahnya. Semuanya memakai pakaian sama, kaos dengan tulisan yang tidak bisa dibacanya.

"Jangan takut, kami mengumpulkan kalian di sini bukan untuk menghukum kalian. Kami mengumpulkan kalian demi masa depan kalian sendiri," kata seorang pria yang duduk di meja menghadap ke arah mereka. Pria ini tampak baik dan penuh belas kasihan, jenis orang yang sangat disukai oleh Uyan.

"Kami akan mendidik kalian menjadi orang-orang yang berguna bagi masyarakat," lanjutnya dengan penuh semangat, "kami akan mendidik kalian supaya tidak menjadi sampah masyarakat lagi."

Uyan tidak mampu mengerti perkataan orang ini, pikirannya melayang ke persimpangan dimana ia seharusnya mencari uang. Juga teringat orang tuanya. Saat ini mereka mungkin masih belum tahu penangkapan itu. Mereka baru mulai mencarinya kalau ia tidak muncul di pondok selama beberapa minggu. Seandainya mereka sudah mendengarnya, ia berharap mereka tidak terlalu cemas.

Menurutnya, bapak ini sudah berbicara sekitar duapuluh kali lampu merah berganti ketika pantatnya mulai terasa sakit. Ia tidak tahan duduk diam seperti ini, benar-benar membosankan. Apalagi tidak bisa berbuat apa-apa, beberapa orang mengawasi mereka. Bapak ini terus berbicara tentang sesuatu yang tidak dimengertinya, tanpa peduli dengan anak-anak yang sedang ketakutan, takut karena belum mengerti.

Uyan tahu banyak orang yang baik dan mengasihi dia. Ia juga tahu orang-orang di tempat ini juga baik, tetapi ia merasa takut. Ia sudah sudah terbiasa dengan orang-orang yang menolong tanpa ikatan. Ia sudah terbiasa dengan orang-orang yang pergi begitu saja setelah menolongnya. Ia sekarang ketakutan karena orang-orang baik ini berbicara tentang hal-hal yang tidak dipahaminya.


Akhirnya bapak ini selesai berbicara, lalu anak-anak dibawa ke sebuah bangunan yang penuh dengan mesin dan potongan kayu. Anak-anak dipisahkan ke dalam beberapa kelompok. Kelompok Uyan disuruh berkumpul didekat seorang bapak yang sedang merekatkan potongan kayu. Setelah beberapa saat, potongan-potongan itu menjadi sebuah mobil mainan.

Seorang bapak berkata, "Kalian akan diajarkan supaya bisa melakukan hal seperti ini, juga ketrampilan lainnya."

Selama beberapa hari berikutnya, anak-anak ini bekerja di bangunan yang ternyata bernama bengkel. Kadang-kadang mereka juga disuruh masuk ke sebuah bangunan yang ada papan putih di depannya. Seorang bapak mencoret-coret papan itu, lalu menyuruh mereka menulis garis-garis-garis aneh seperti itu. "lihat ke papan tulis", "tulis ke buku kalian", membuat Uyan tahu papan putih itu namanya papan tulis, benda di tangannya bernama buku tulis.

Setelah beberapa minggu ia mulai bosan. Sudah tahu nama hari, jam, cara membuat mainan dari kayu, tidak membuatnya merasa nyaman. Ia sudah belajar banyak hal, tetapi malah merasa bosan. Bosan duduk berjam-jam membuat mainan, bosan mencoret-coret buku tulis, bosan mengingat bentuk corat-coret itu. Bosan mendengar orang lain berbicara panjang lebar. Ia merindukan suasana ketika berlarian setiap kali lampu merah menyala lalu menyingkir begitu lampu hijau menyala.

Makan teratur, disiplin kerja, tidur teratur, sudah menjadi kata yang akrab di telinganya. Tetapi rasanya lebih enak makan kalau sudah dapat uang. Lebih enak tidur di emperan stasion, bisa tidur kalau sudah mengantuk. Lebih enak menonton polisi mengejar orang yang tidak pakai helm daripada menulis huruf-huruf aneh. Kebosanan membuatnya merindukan pandangan orang-orang yang mengasihi mereka, orang-orang yang nemberi uang lalu pergi.

Suatu hari, ia menemukan banyak tutup botol di sebuah bak sampah. Diam-diam ia mengambil dan menyembunyikannya di kamar -- dibawah lemari. Tidak akan ada yang menemukannya di situ. Juga mengambil beberapa paku kecil serta sepotong kayu sebesar baterei dari bengkel. Diam-diam, ketika tidak ada orang di kamar, ia memaku tutup botolnya di sepanjang kayu ini. Bagian pertama rencananya selesai, ketika alat buatannya bisa mengeluarkan bunyi setiap kali dipukul.

Beberapa hari kemudian ia mendapat kesempatan melarikan diri. Ketika teman-temanya sudah tidur, diam-diam ia keluar kamar, lalu memanjat tembok, tidak sampai seperempat jam ia sudah menjadi orang bebas. Dalam hati ia berkata, "aku punya cerita yang bagus untuk diceritakan kepada teman-teman."

Ia tidak tahu berada dimana sekarang -- tidak masalah. Sudah sering orang tuanya membawanya berpindah-pindah. Yang harus dilakukannya hanyalah mencari tempat perhentian bis, lalu naik sambil memukul-mulul tutup botolnya.

Sekarang ia hanya perlu berjalan mengikuti arah bis yang lewat, pasti ada tempat perhentian bis beberapa kilometer lagi. Lalu tidur begitu sampai, besok pagi baru naik -- tidak perduli naik kemana. Masih banyak orang yang penuh belas kasihan.

Ia tidak tahu berada di kota apa sekarang, tidak tahu orang tuanya di mana. Mereka telah mengajarkannya mencari makan dan hidup, semoga mereka tidak terlalu mengkhawatirkannya. Ia akan mencari mereka nanti, tidak sekarang. Saat ini ia harus pergi sejauh-jauhnya dulu.

Uyan sama sekali tidak mengantuk, ia telah belajar tentang jam, sehingga tahu telah berjalan selama berjam-jam ketika akhirnya menemukan tempat perhentian bis. Seseorang sedang tidur di situ, pasti orang gila karena membawa buntalan pakaian -- tidak apa-apa. Ia membaringkan diri agak jauh dari orang gila itu, lalu tertidur.

***
Besok ia akan pergi ke suatu tempat yang tidak diketahuinya -- tidak apa-apa, masih banyak orang yang mengasihi anak jalanan. Ia cuma tinggal memukul-mukul tutup botolnya di sebuah persimpangan, persimpangan yang ada lampu merahnya.

Ia baru akan berhenti menjadi anak jalanan kalau sudah tidak ada lagi orang yang punya belas kasihan. Ya, ia baru akan berhenti menjadi anak jalanan kalau orang-orang yang memberi uang lalu pergi itu sudah tidak ada lagi.

Kalau mereka masih ada, ia akan tetap menjadi anak jalanan, lalu menjadi bapak jalanan, lalu kemudian menjadi kakek jalanan.

Sumber (annasrie blog)

Wednesday 15 December 2010

Belajar sabar dan Ikhlas


Kata orang, ilmu yang paling susah di dunia ini adalah ilmu ikhlas. Ya, belajar ikhlas. Ikhlas. Jika kita terus berpikir tentang target kehidupan, yang sering terjadi adalah rasa tak sabar, mau melakukan apa pun untuk mendapatkan semua yang kita impikan, dan bernafsu ingin cepat-cepat meraihnya. Lalu, ketika suatu cobaan menghampiri, kita marah kepada diri sendiri. Menghukum diri sendiri . Bahkan marah kepada Tuhan dan menganggap tuhan tidak adil.

Biarkanlah waktu mengajarimu keikhlasan yang sesungguhnya. Yaitu ketika kita melihat di sekitar kita. Begitu banyak kesedihan dan kesakitan yang dirasakan orang-orang yang tidak seberuntung kita. Yang tak bisa makan tiap hari, yang tak punya tempat berteduh, yang tak punya pekerjaan yang layak, etc
Dari semua cobaan hidup yang aku alami, sampai saat ini aku merasa masih beruntung, aku yakin cobaan demi cobaan ini adalah ujian supaya kita belajar untuk lebih bersyukur “ Tuhan tidak akan memberikan cobaan diluar kemampuan manusia.”

Ikhlas pada semua ketentuan Tuhan tak akan membuat cita-cita kita tak tergapai. Hanya sedikit tertunda untuk saat yang lebih indah. Aku ingat,dulu betapa berat perjuangan aku untuk memperoleh keturunan, aku harus melewati tahap demi tahap yang sangat sulit dan menemui beberapa kali kegagalan sehingga aku hampir putus asa. Mengingat umur yang sudah tidak muda lagi sehingga pada saat itu aku terkesan ngoyo . Berbagai pengobatan aku jalani, Jakarta, Malaka dan S’pore yang semua proses tersebut sangatlah melelahkan Semua pengobatan aku jalani, baik secara medis maupun pengobatan alternatif.Yang tentunya membutuhkan biaya yang sangat besar . Syukurlah , pada saat itu aku diberi kemurahan rezeki sehingga semua proses terapi bisa aku jalani dan akhirnya berhasil..Thanks God

Cerita tentang seorang teman :
Sebutlah namanya Lina, aku mengenalnya sebagai tetangga kos sampai akhirnya ketika kami membeli rumah pun berbarengan dan bertetangga. Mereka adalah pasangan yang serasi dan mempunyai pendidikan serta karier bagus, terakhir sang istri menjabat sebagai direktur disalah satu lembaga pendidikan di Batam.

Saya masih ingat ketika ditempat kos dulu ketika saya berulang tahun, pagi pagi sekali mereka mengetuk kamar saya hanya sekedar ingin mengucapkan selamat Ulang Tahun sambil membawa kueh dan secarik kertas yang isinya “ selamat Ulang Tahun, God Bless u”.. Saya kaget dan terharu dengan perhatian mereka, entah dari mana mereka tahu bahwa hari itu saya berulang tahun.

Saat ini Lina adalah seorang ibu dengan dua anak lelaki yang masih kecil . semenjak saya pindah rumah dan serta masing masing sibuk dengan keluarga dan rutinitas pekerjaan ,komunikasi diantara kami terputus.
Mereka dikaruniai dua orang anak lelaki yang sangat Hyperaktif dan cendrung nakal , Menurut informasi ,tetangga sekitar rumah merasa takut bergaul dengan mereka, alhasil mereka sekeluarga jarang keluar rumah.
Sang suami pernah bercerita, untuk merubah kelakuan anaknya yang Hyperaktif tersebut mereka sudah pernah membawa mereka ke Psikiater anak yang ternyata Psikiater angkat tangan. Intinya “ Tidak bisa dirubah”. Salah satu cara untuk untuk merubahnya adalah memisahkan salah satu diantara mereka. Tetapi itupun sulit, pernah katanya ketika satu hari karena ada keperluan, salah seorang dari anak dititipkan kepada Family, tetapi karena kenakalannya, anak tersebut malah dipukul, sehingga mereka kapok menitipkan anak mereka ke orang lain.

Belum lagi masalah anak terselesaikan, tak ada angin tak ada hujan dan tak ada badai, tiga bulan yang lalu tepatnya sebelum lebaran,saya mendapat kabar yang cukup mengejutkan, sebuah kanker payudara stadium 3 merangkul lina.Dia sudah mencoba berbagai pengobatan secara medis, tetapi tidak berhasil, Saat ini dia berada di Jakarta untuk melakukan pengobatan secara alternative.
Terakhir sebulan yang lalu Lina pulang ke Batam menjenguk anak dan suaminya, sudah sangat kurus badannya. Dokter sudah mematoknya nggak bisa sembuh dan umurnya sudah tidak lama lagi.

Serta masih banyak lagi cerita cobaan demi cobaan yang dialami orang orang disekeliling aku yang bisa aku ambil hikmahnya, dan aku masih bisa bersyukur bahwa “ cobaan yang aku terima saat ini belumlah apa apa jika dibandingkan dengan cobaan yang mereka alami “

Sabar, sabar, ikhlas dan ikhlas. Kunci keindahan dalam hidup, dan kecantikan hati.
Tuhanlah yang Maha Mendesain hidup kita. Tidakkah kita berpikir bahwa dia punya rencana yang lebih besar?

Lalu lihatlah ke dalam dirimu. Tidakah kau temukan bahwa hidupmu jauh lebih indah?
Sepuluh tanda-tanda orang ikhlas:
1. Tidak mencari popularitas
2. Tidak menonjolkan diri.
3. Tidak rindu pujian
4. Tidak terkecoh pujian,
5. Tidak silau dan cinta jabatan,
6. Tidak diperbudak Imbalan dan balas budi,
7. Tidak mudah kecewa, tidak fanatik golongan,
8. Ringan, lahab dan Nikmat dalam Beramal,
9. Tidak egois , selalu mementingkan kepentingan bersama
10. Tidak Membeda-bedakan dalam pergaulan.


Jika saja kita bisa sedikit lebih ikhlas dalam menjalani hidup ini, sungguh akan menjadi ‘tiket’ menuju perilaku ikhlas. Sesuatu yang mungkin sangat akrab dengan keseharian kita.

Sumber (blog dewifebsuri)

10 Hal yang Tidak Bermanfaat dan Sia-sia

Pertama: memiliki ilmu namun tidak diamalkan.
Kedua: beramal namun tidak ikhlash dan tidak mengikuti tuntunan nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Ketiga: memiliki harta namun enggan untuk menginfakkan. Harta tersebut tidak digunakan untuk hal yang bermanfaat di dunia dan juga tidak diutamakan untuk kepentingan akhirat.
Keempat: hati yang kosong dari cinta dan rindu pada Allah.
Kelima: badan yang lalai dari taat dan mengabdi pada Allah.
Keenam: cinta yang di dalamnya tidak ada ridho dari yang dicintai dan cinta yang tidak mau patuh pada perintah-Nya.
Ketujuh: waktu yang tidak diisi dengan kebaikan dan pendekatan diri pada Allah.
Kedelapan: pikiran yang selalu berputar pada hal yang tidak bermanfaat.
Kesembilan: pekerjaan yang tidak membuatmu semakin mengabdi pada Allah dan juga tidak memperbaiki urusan duniamu.
Kesepuluh: rasa takut dan rasa harap pada makhluk yang dia sendiri berada pada genggaman Allah. Makhluk tersebut tidak dapat melepaskan bahaya dan mendatangkan manfaat pada dirinya, juga tidak dapat menghidupkan dan mematikan serta tidak dapat menghidupkan yang sudah mati.

Itulah sepuluh hal yang melalaikan dan sia-sia. Di antara sepuluh hal tersebut yang paling berbahaya dan merupakan asal muasal segala macam kelalaian adalah dua hal yaitu: hati yang selalu lalai dan waktu yang tersia-siakan.
Hati yang lalai akan membuat seseorang mengutamakan dunia daripada akhirat, sehingga dia cenderung mengikuti hawa nafsu. Sedangkan menyia-nyiakan waktu akan membuat seseorang panjang angan-angan.

Padahal segala macam kerusakan terkumpul karena mengikuti hawa nafsu dan panjang angan-angan. Sedangkan segala macam kebaikan ada karena mengikuti al huda (petunjuk) dan selalu menyiapkan diri untuk berjumpa dengan Rabb semesta alam.

Semoga kita selalu mendapatkan ilmu yang bermanfaat. Segala puji bagi Allah, yang dengan nikmat-Nya segala kebaikan menjadi sempurna.

Sumber (www.remajaislam.com)